Memahami Kontroversi: Mengapa Orang Membenci Call Of Duty?

post-thumb

Mengapa Orang Membenci Call Of Duty?

Call of Duty, waralaba video game penembak orang pertama yang populer, telah mengumpulkan banyak penggemar sejak debutnya pada tahun 2003. Namun, terlepas dari kesuksesan komersial dan basis penggemar yang berdedikasi, seri ini juga menghadapi kritik dan reaksi keras.

Daftar Isi

Salah satu alasan utama mengapa orang membenci Call of Duty adalah siklus perilisan tahunannya. Para kritikus berpendapat bahwa seringnya perilisan game baru dalam seri ini telah menyebabkan kurangnya inovasi dan penurunan kualitas game secara keseluruhan. Dengan setiap seri baru, beberapa pemain merasa bahwa waralaba ini telah menjadi basi dan berulang-ulang, hanya menawarkan sedikit mekanisme permainan baru atau cerita yang segar.

Kritik utama lainnya terhadap Call of Duty adalah fokusnya pada gameplay multipemain dibandingkan kampanye pemain tunggal yang menarik. Meskipun seri ini awalnya mendapatkan popularitas karena pengalaman pemain tunggal yang imersif dan sinematik, entri terbaru lebih menekankan pada mode multipemain online. Pergeseran ini telah menyebabkan ketidakpuasan di antara para penggemar yang menikmati narasi yang mengasyikkan dan karakter yang mudah diingat dari game-game sebelumnya dalam seri ini.

Selain itu, Call of Duty telah menghadapi tuduhan mempromosikan perilaku beracun dalam komunitas online-nya. Mode multiplayer kompetitif seri ini sering kali diisi oleh pemain yang agresif dan beracun, yang terlibat dalam pelecehan, kecurangan, dan perilaku tidak sportif lainnya. Lingkungan negatif ini telah memperburuk pengalaman bagi banyak pemain, yang mengarah pada rasa frustrasi dan penghinaan terhadap waralaba.

Memahami Kontroversi: Mengapa Orang Membenci Call Of Duty?

Call of Duty adalah salah satu waralaba video game paling populer di dunia, yang dikenal dengan aksi cepat dan grafisnya yang realistis. Namun, ini juga merupakan game yang telah menghadapi banyak kritik dan kebencian dari segmen tertentu dari komunitas game. Meskipun beberapa kritik mungkin valid, penting untuk memahami alasan di balik kebencian terhadap Call of Duty.

1. Gameplay yang Berulang: Salah satu alasan utama orang tidak menyukai Call of Duty adalah gameplay-nya yang berulang-ulang. Dengan rilis baru setiap tahun, beberapa orang berpendapat bahwa waralaba ini telah menjadi stagnan, menawarkan sedikit inovasi dan hanya mendaur ulang formula yang sama dengan setiap angsuran.

2. Kurangnya Inovasi: Berdasarkan poin sebelumnya, banyak kritikus berpendapat bahwa Call of Duty kurang inovasi. Mereka mengklaim bahwa game ini lebih berfokus pada memberikan pengalaman yang sama dari tahun ke tahun, daripada memperkenalkan fitur-fitur baru dan menarik yang dapat meningkatkan gameplay dan membuat waralaba tetap segar.

3. Komunitas Online Beracun: Call of Duty terkenal memiliki komunitas online yang beracun. Aspek multipemain dari gim ini sering kali mengarah pada perilaku agresif dan beracun, dengan para pemain yang saling menghina dan melecehkan satu sama lain. Toksisitas ini dapat membuat permainan menjadi kurang menyenangkan bagi banyak pemain dan berkontribusi pada persepsi negatif terhadap waralaba.

4. Penekanan pada Transaksi Mikro: Aspek lain yang berkontribusi terhadap kebencian terhadap Call of Duty adalah ketergantungannya yang besar pada transaksi mikro. Beberapa pemain merasa bahwa game ini dirancang untuk memberi insentif dengan membelanjakan uang sungguhan untuk item virtual, yang dapat menciptakan keuntungan yang tidak adil bagi mereka yang bersedia membelanjakan lebih banyak. Hal ini dapat menimbulkan rasa frustrasi dan ketidakpuasan di antara para pemain.

5. Penekanan Berlebihan pada Adegan Kompetitif: Call of Duty memiliki fokus yang kuat pada adegan esports kompetitif, yang dapat mengganggu pemain kasual yang tidak tertarik dengan aspek kompetitif permainan. Hal ini dapat menciptakan perpecahan dalam komunitas pemain dan berkontribusi pada persepsi negatif terhadap waralaba.

6. Persepsi Penurunan Kualitas: Beberapa pemain berpendapat bahwa kualitas game Call of Duty telah menurun selama bertahun-tahun. Mereka mengklaim bahwa angsuran sebelumnya lebih inovatif dan memiliki penceritaan yang lebih baik, sedangkan rilis terbaru lebih berfokus pada grafis yang mencolok dan mode multipemain, mengabaikan pengalaman pemain tunggal.

Kesimpulannya, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kebencian terhadap Call of Duty. Mulai dari gameplay yang repetitif hingga komunitas online yang beracun dan kurangnya inovasi, faktor-faktor ini telah membentuk persepsi negatif terhadap waralaba ini. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa Call of Duty masih memiliki basis penggemar yang besar dan berdedikasi, membuktikan bahwa terlepas dari kritik yang ada, waralaba ini tetap sukses.

Kelelahan Gameplay dan Kurangnya Inovasi

Salah satu kritik utama terhadap waralaba Call of Duty adalah perasaan kelelahan gameplay di antara para pemain. Dengan angsuran baru yang dirilis setiap tahun, beberapa orang berpendapat bahwa seri ini telah menjadi formula dan berulang-ulang. Mekanika gameplay inti, seperti perspektif orang pertama, mekanisme penembakan, dan desain level linear, sebagian besar tidak berubah selama bertahun-tahun. Kurangnya inovasi ini membuat beberapa pemain merasa bahwa setiap rilis baru tidak lebih dari sekadar reskin game sebelumnya.

Selain itu, jadwal rilis tahunan dapat menyebabkan kejenuhan bagi para pemain dan pengembang. Dengan siklus pengembangan yang singkat, mungkin tidak ada cukup waktu bagi pengembang untuk mengimplementasikan perubahan atau peningkatan yang signifikan pada gameplay. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya inovasi dan perasaan stagnasi dalam waralaba.

Faktor lain yang berkontribusi pada kelelahan gameplay adalah fokus pada mode multipemain. Meskipun Call of Duty memiliki basis penggemar yang berdedikasi untuk multipemain kompetitifnya, beberapa pemain merasa bahwa kampanye pemain tunggal telah menjadi renungan. Kampanye ini sering kali mengikuti alur cerita yang umum dan mudah ditebak, dengan pilihan pemain yang terbatas dan sedikit ruang untuk eksplorasi. Fokus pada multipemain ini dapat mengasingkan pemain yang lebih menyukai pengalaman pemain tunggal yang lebih imersif dan menarik.

Selain itu, rilis konten yang dapat diunduh (DLC) dan transaksi mikro yang terus menerus menjadi perdebatan bagi banyak pemain. Beberapa orang berpendapat bahwa frekuensi dan biaya DLC dapat memecah belah basis pemain, karena tidak semua pemain dapat atau mau membeli konten tambahan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan dikucilkan dan frustrasi di antara para pemain.

Baca Juga: Pelajari Cara Meretas Menu Mod Android Among Us

Singkatnya, kelelahan gameplay dan kurangnya inovasi dalam waralaba Call of Duty telah berkontribusi pada penerimaan negatif di antara beberapa pemain. Sifat gameplay yang berulang-ulang, fokus pada mode multipemain, dan ketergantungan pada DLC dan transaksi mikro telah disebut-sebut sebagai alasan penurunan popularitas waralaba ini di antara segmen tertentu dari komunitas game.

Alur Cerita yang Berulang dan Kurang Mendalam

Salah satu kritik utama terhadap waralaba Call of Duty adalah alur cerita yang berulang-ulang dan kurangnya kedalaman. Banyak pemain dan kritikus berpendapat bahwa setiap seri baru dalam seri ini mengikuti formula yang sama dan gagal menawarkan penceritaan yang segar dan inovatif.

Game Call of Duty sering kali berfokus pada tema militer dan perang, biasanya berkisar pada konflik atau era tertentu. Meskipun latarnya bisa berubah, struktur plot dan mekanisme permainan secara keseluruhan cenderung tetap sama. Hal ini dapat menimbulkan perasaan kesamaan dan prediktabilitas di antara para pemain yang telah mengikuti seri ini selama bertahun-tahun.

Selain alur cerita yang berulang-ulang, para kritikus berpendapat bahwa game Call of Duty sering kali kurang mendalam dalam hal karakterisasi dan pengembangan narasi. Penekanannya sering kali ditempatkan pada aksi cepat dan gameplay multipemain, yang menghasilkan busur karakter yang dangkal dan alur cerita yang sederhana.

Selain itu, siklus rilis tahunan game Call of Duty dapat berkontribusi pada kurangnya kedalaman dalam penceritaan. Dengan waktu pengembangan yang terbatas, sulit bagi pengembang game untuk menciptakan narasi yang kompleks dan karakter yang lengkap. Hal ini dapat menghasilkan alur cerita yang terasa terburu-buru dan kurang berkembang.

Kurangnya kedalaman dalam penceritaan juga terlihat pada komponen multipemain game Call of Duty. Meskipun multipemain adalah aspek populer dari waralaba ini, sering kali tidak memiliki konteks yang berarti atau integrasi naratif. Hal ini dapat membuat gameplay terasa terputus dari dunia game secara keseluruhan dan dapat berkontribusi pada rasa pengulangan.

Baca Juga: Membuka Tambang Permata di Clash of Clans: Panduan Langkah-demi-Langkah

Secara keseluruhan, alur cerita yang berulang-ulang dan kurangnya kedalaman dalam game Call of Duty telah menyebabkan kritik dari para pemain dan kritikus. Meskipun waralaba ini terus terjual dengan baik dan menarik basis pemain yang besar, ada sentimen yang berkembang bahwa seri ini telah menjadi stagnan dan perlu berevolusi dalam hal penceritaan dan pengembangan karakter.

Toksisitas dan Perilaku Negatif Komunitas

Salah satu alasan utama mengapa Call of Duty mendapat banyak kebencian adalah karena toksisitas dan perilaku negatif yang ditunjukkan oleh komunitasnya. Gim ini memiliki basis pemain yang sangat besar, tetapi sayangnya, sebagian besar pemain terlibat dalam perilaku beracun dan tidak sopan terhadap orang lain.

Salah satu masalah yang umum terjadi adalah adanya obrolan dan komunikasi suara yang beracun. Para pemain sering menggunakan bahasa yang menyinggung, melakukan pelecehan, dan melakukan cyberbullying. Hal ini tidak hanya menciptakan lingkungan permainan yang tidak bersahabat, tetapi juga membuat pemain baru enggan untuk bergabung dengan komunitas.

Perilaku beracun tidak terbatas pada interaksi dalam game. Komunitas Call of Duty telah mendapatkan reputasi sebagai komunitas yang agresif dan konfrontatif di platform media sosial. Perilaku ini termasuk serangan pribadi, menyebarkan kebencian, dan mempromosikan budaya bermain game yang negatif.

Aspek lain dari toksisitas adalah kecurangan dan peretasan yang merajalela di dalam game. Beberapa pemain menggunakan cheat untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil, sehingga merusak pengalaman pemain lain. Perilaku ini tidak hanya merusak integritas permainan tetapi juga menciptakan frustrasi dan kebencian di antara para pemain.

Perilaku beracun dan budaya komunitas yang negatif dalam Call of Duty juga memengaruhi persepsi permainan di luar basis pemainnya. Para kritikus sering kali menunjukkan toksisitas sebagai cerminan dari kualitas game secara keseluruhan dan mengklaim bahwa hal tersebut mengurangi kenikmatan permainan.

Untuk mengatasi masalah ini, para pengembang Call of Duty telah menerapkan berbagai langkah, seperti penegakan pedoman komunitas yang lebih ketat, menerapkan sistem anti-cheat, dan mempromosikan perilaku bermain game yang positif. Namun, upaya-upaya ini belum sepenuhnya memberantas toksisitas di komunitas.

Kesimpulannya, toksisitas dan perilaku negatif komunitas yang terkait dengan Call of Duty telah berkontribusi pada meluasnya kebencian terhadap game tersebut. Mengatasi masalah ini sangat penting untuk menciptakan pengalaman bermain game yang lebih inklusif dan menyenangkan bagi semua pemain.

PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN:

Mengapa ada begitu banyak kontroversi seputar Call of Duty?

Ada beberapa alasan mengapa Call of Duty mengundang kontroversi. Salah satu alasannya adalah karena game ini sering kali menggambarkan kekerasan dan peperangan dengan cara yang realistis dan grafis, yang menurut sebagian orang mengganggu. Selain itu, game ini juga dikritik karena gameplay-nya yang berulang-ulang dan kurangnya inovasi. Beberapa pemain merasa bahwa setiap seri baru hanyalah pengulangan dari game sebelumnya, yang menyebabkan frustrasi dan kekecewaan. Terakhir, ada juga kontroversi seputar transaksi mikro dan sistem kotak jarahan dalam game, yang menurut beberapa pemain mempromosikan mentalitas bayar untuk menang.

Apakah kekerasan dalam Call of Duty terlalu intens?

Kekerasan dalam Call of Duty telah menjadi perdebatan banyak orang. Beberapa orang berpendapat bahwa penggambaran kekerasan yang realistis dan grafis dalam game ini dapat mengganggu dan membuat tidak peka, terutama bagi pemain yang lebih muda. Namun, yang lain berpendapat bahwa ini hanyalah sebuah bentuk hiburan dan harus diperlakukan seperti itu. Pada akhirnya, intensitas kekerasan adalah masalah subjektif, dan perspektif masing-masing individu tentang hal itu mungkin berbeda.

Mengapa beberapa pemain menganggap Call of Duty berulang-ulang?

Banyak pemain merasa bahwa Call of Duty telah menjadi repetitif karena setiap seri baru dalam waralaba ini cenderung mengikuti formula yang sama. Gim ini sering kali menampilkan kampanye pemain tunggal yang linier, mode multipemain dengan peta dan mekanisme gim yang serupa, dan mode kooperatif bagi para pemain untuk bekerja sama melawan musuh yang dikendalikan AI. Meskipun mungkin ada beberapa fitur dan peningkatan baru dengan setiap rilis baru, beberapa pemain merasa bahwa pengalaman bermain game inti sebagian besar tetap tidak berubah, sehingga menimbulkan rasa pengulangan dan kebosanan.

Apa itu transaksi mikro dan mengapa hal itu kontroversial di Call of Duty?

Transaksi mikro adalah bentuk pembelian dalam game di mana pemain dapat membelanjakan uang sungguhan untuk mendapatkan item atau mata uang virtual. Di Call of Duty, transaksi mikro digunakan untuk membeli item kosmetik, seperti kulit senjata dan pakaian karakter, serta mata uang dalam game. Namun, ada kontroversi seputar transaksi mikro dalam game karena beberapa pemain berpendapat bahwa hal itu menciptakan keuntungan yang tidak adil bagi mereka yang bersedia mengeluarkan lebih banyak uang. Selain itu, sistem kotak jarahan acak, di mana pemain dapat membeli peti dengan peluang mendapatkan item langka, telah dibandingkan dengan perjudian dan menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap pemain yang lebih muda.

Apakah ada aspek positif dari Call of Duty?

Ya, tentu saja ada aspek positif dari Call of Duty. Gim ini memiliki basis pemain yang besar dan berdedikasi, yang memungkinkan berkembangnya komunitas online dan kesempatan untuk terhubung dengan pemain lain dari seluruh dunia. Selain itu, mode multipemain gim ini menawarkan gameplay yang serba cepat dan kompetitif, yang dapat menggembirakan dan memuaskan bagi para pemain yang menyukai genre ini. Selain itu, pembaruan game yang sering dilakukan dan rilis konten baru membantu menjaga pengalaman tetap segar dan menarik bagi para pemain yang berinvestasi dalam waralaba ini.

Apakah ada harapan untuk inovasi dalam game Call of Duty di masa depan?

Meskipun beberapa pemain mungkin skeptis tentang potensi inovasi dalam game Call of Duty di masa depan, penting untuk diingat bahwa waralaba ini memiliki sejarah panjang dalam berevolusi dan beradaptasi dengan tren baru dalam industri game. Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada upaya untuk memperkenalkan mekanisme permainan baru dan fitur-fitur inovatif, seperti pengenalan mode battle royale di Call of Duty: Black Ops 4. Selama ada permintaan dari para pemain untuk pengalaman baru dan inovatif, kemungkinan besar game Call of Duty di masa depan akan terus mengupayakan inovasi.

Lihat Juga:

comments powered by Disqus

Anda mungkin juga menyukai